Skip to main content

Getting an Indonesian Passport (mengurus sendiri).

Since this post is mostly pertaining to Indonesians getting an Indonesian Passport, I will be writing in a mix of English and Bahasa Indonesia. Thank you for understanding :)

Setelah bertahun-tahun hidup di luar tanah air, saya sudah terbiasa mengurus hal-hal administrasi sendiri, tanpa jasa calo. Tidak tenang rasanya, membayar servis yang biasanya involving 'salam tempel' walaupun bukan saya sendiri yang harus melakukannya.

After a little research online, I decided to just jump in and do it myself. Apa sih, susahnya? Apapun hasilnya, yang penting sekarang ini bisa mendapatkan pengalaman berharga.

Berbekal informasi yang saya dapatkan online, I left for Kanim Jakarta Selatan, dan berencana untuk meminta paspor elektronik yang tahun lalu baru saja diluncurkan. Sehari sebelumnya, saya sudah mencoba untuk memasukkan berkas-berkas online, tetapi melihat persyaratan yang diminta, I decided it was too much work.

Dari rumah saya di Kebayoran Lama, dengan Blue Bird taxi memakan waktu kurang lebih satu jam. Jam 9 pagi saya turun di seberang gedung Kanim Jakarta Selatan yang baru direnovasi, dan menggunakan jembatan untuk menyeberang jalan. Kalau tidak begitu, mungkin akan memakan waktu sekitar 15-20 menit lagi untuk taksinya berputar arah, dengan macetnya Mampang.

Di lantai dasar, tepat di lobby gedung, ada information desk dengan 2 orang yang siap membantu. Namun, ketika saya tanyakan tentang e-paspor, tidak ada yang tau bagaimana caranya, dan saya disarankan untuk mengantri loket saja dan bertanya di loket di lantai 2. (Buset deh, cari tau kek. Masa orang mau cari info aja disuruh ngantri panjang).

Begitu naik ke lantai 2 baik melalui tangga ataupun lift, akan ada meja dan petugas piket yang membagikan nomor urut, tergantung keperluan setiap orang. Saya mendapatkan nomor urut 130, dan yang sedang dilayani adalah nomor 70-an.

Karena saya tidak mau menunggu terlalu lama untuk mendapatkan informasi tentang e-paspor, saya mencoba menelepon Kanim Jak Sel, Soetta, dan Jak Bar di nomor yang tertera di website www.imigrasi.go.id. No answer. Lalu saya mengambil inisiatif untuk menelepon Dirjen Imigrasi. Yang mengangkat adalah operator, dan operator ini menginformasikan bahwa di semua kantor imigrasi sudah bisa mengeluarkan e-paspor. Saya masih tidak yakin  dengan jawaban ini, dan saya coba telepon lagi Dirjen Imigrasi. Kali ini yang mengangkat mengatakan kalau yang pasti bisa mengeluarkan e-paspor adalah Kanim Jak Bar, Kanim Jak Pus, dan Kanim Soetta. Untuk Kanim lainnya, beliau tidak punya informasi. Lalu saya mencoba lagi untuk menelepon Kanim Jak Bar, dan akhirnya ada yang mengangkat. Beliau dengan tidak sabar mengatakan bahwa semua Kanim Khusus sudah bisa mengeluarkan e-paspor, termasuk Kanim Khusus Jak Sel. Bayangkan, tiga orang imigrasi dengan tiga jawaban yang berbeda! (Dan website resmi Imigrasi tidak memberikan informasi ini).

Karena sudah kepalang tanggung, akhirnya saya menunggu antrian saja di loket. Jam 11:30 diumumkan di loud speaker bahwa tepat jam 12 siang semua pegawai Kanim akan istirahat siang. Alamaaak! Untungnya nomor saya dipanggil jam 11:55. Terima kasih, Tuhan! Petugas loket akhirnya menginformasikan bahwa Kanim Jak Sel belum bisa mengeluarkan e-paspor. Kunjungan kali ini adalah hanya untuk memasukkan berkas berkas saja. Ternyata, kalau memasukkan berkas online, ada loket tersendiri dan hampir tidak ada antrian. Kelebihannya lagi, kalau sudah dimasukkan online, di kunjungan pertama sudah bisa antri untuk foto. If I had known......

Dua hari setelah berkas-berkas dimasukkan, saya harus kembali ke Kanim untuk membayar, difoto, dan diwawancara. Saya diharuskan membawa berkas-berkas asli di kunjungan kedua. Cerita kunjungan kedua di lain hari yaaa......

Kesimpulan: kunjungan pertama memakan waktu perjalanan total 2 jam, menunggu 3 jam, dan uang transport sekitar 100 ribu rupiah. Lain kali, lebih baik memasukkan berkas-berkas online saja, walaupun agak repot persiapannya!

Comments

Popular posts from this blog

Nintendo Switch Sleeve Tutorial

Hi! I'm Kirana from woofkiki.blogspot.co.id . I am going to write an introduction for this blog post. We bought a Nintendo Switch in Japan.  I really liked it and played with it almost everyday. If you're wondering what a Nintendo Switch is, it is a video game where you can basically  "switch" everything. The joy-cons and even the game! You can also connect it to your TV. It would be nice to bring it around with you, but when you put it in your bag... Oh no! The screen scratched! So, this is a sleeve that will fix that. Let's get started!😊 Kirana Now the tutorial (by Kirana's mom)... 1. Make your pattern according to the picture below. It is basically a 6"x24" rectangle with a semi circle at one end. Note: this is not a printable pattern 1. Cut your outer fabric, lining, and batting(optional). In this tutorial, I used minky for lining and a pre-quilted fabric for the cover, so I didn't need extra batting. For batting, I recomm...

Japan Winter Holiday 2017 Part 7 - Otaru Sakaimachi

On our second day in Otaru after we had breakfast and ice cream , we continued walking to Sakaimachi. This shopping street is one of the busiest in the city and is where a lot of Otaru attraction is located. In front of one of the stores there, we saw this cute dog wearing a Minion outfit. Of course Miss Kiki jumped and squealed and asked if she could pet it. We asked permission from the owner to take a picture with it. Along the street they have rock statues in the shape of famous characters like Anpanman and Mickey Mouse. With Anpanman It was a very nice day, we were able to walk around and had fun without feeling cold even though there were a lot of ice and snow. Check out the platforms they set up on the hill. We think that it's to prevent snow slides... Most of the buildings there were old style,,,  Many shops sell fresh seafood and they would cook it for you by order. As we walked past a souvenir shop, we saw a poster for these snowball make...

Spring in Egypt Part 9 - Luxor Temple

At the time when we arrived at Luxor temple it was already after dusk and it became a little difficult to take photos. I compensated by setting my camera ISO to 4000 to make tripod-less picture-taking possible even though the grains became more visible. Just like the previous nights, the moon still looked round to me. I wasn't sure which one of those moons was the actual full moon. We walked around the temple first with Michael for explanations about the temple. In the distance we were able to hear the adzan calling the people for prayer. Situated in the east bank, the construction of the temple was started by Amenhotep III, continued and finished by the famous King Tut and Horemheb, and then added on to by Rameses II and finally by Alexander the Great. Unlike the other temples we had previously visited, this temple is not dedicated to a single cult/god. Instead, it is used as a place to rejuvenate kingship. May of the kings were said to have been coronated at this temple. ...